Jakarta - Indonesia adalah negara dengan populasi terbesar keempat di dunia. Tapi di belantika sepakbola, "Merah Putih" seperti liliput di antara 10 negara lain yang ingin menggelar Piala Dunia 2018 atau 2022.
Sepakbola bolehlah diklaim sebagai olahraga nomor satu di Nusantara. Namun, fakta bahwa cabang yang satu ini juga tak kunjung memberikan prestasi yang diinginkan tentunya juga tak bisa disangkal.
Lihatlah Stadion Utama Gelora Bung Karno jika timnas Indonesia bertanding. Meski jarang untuk bisa benar-benar penuh, namun sorak sorai dukungan selalu terdengar dari ribuan fans setia. Sebuah potensi besar yang sayangnya lebih sering dibuat kecewa karena tak kunjung datangnya prestasi tersebut.
Maka saat tersiar kabar bahwa Indonesia mencalonkan diri untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018 atau 2022, beragam reaksi kemudian bermunculan. Ada yang mencibir, meski banyak juga yang menyatakan dukungan karena ini bisa menjadi momen buat (persepakbolaan) bangsa ini muncul ke permukaan dunia.
Setelah FIFA menutup batas waktu pendaftaran calon tuan rumah, situs berita Reuters memuat beragam data dan fakta dari 11 pelamar yang sudah mengajukan proposal. Dan kalau kemudian atribut liliput disematkan pada Indonesia, jawabannya ada di sini.
Reuters menyebut kalau Stadion Utama Gelora Bung Karno sebagai satu-satunya venue yang sudah memenuhi standar FIFA: mampu menampung setidaknya 80.000 penonton untuk laga final. Sementara untuk stadion-stadion lain, baik sarana maupun masalah keamanan, masih memerlukan banyak perbaikan sebelum bisa memenuhi kriteria yang ditentukan.
Tapi bukan berarti Indonesia tak punya poin plus dalam mimpinya menjadi tuan rumah Piala Dunia tersebut. Indonesia dianggap cocok dengan keinginan FIFA yang ingin menjadikan putaran final Piala Dunia sebagai "momentum perubahan positif" dan akan memberikan " keuntungan buat penduduk negara yang bersangkutan". Indonesia dianggap sebagai pilihan yang tepat menyusul jatuhnya rezim Soeharto. Jumlah penduduk yang mencapai 226 juta lebih juga dianggap sebagai peluang investasi untuk meningkatkan perekonomian dan citra.
Reuters juga menyoroti rangking Indonesia yang kini berada di posisi 144 dunia, atau terendah di antara negara lain yang mencalonkan diri. Banyaknya infrastruktur yang harus dibangun untuk bisa memenuhi apa yang diminta FIFA juga diyakini akan sulit diwujudkan, meski jika Indonesia kemudian terpilih untuk jadi tuan rumah Piala Dunia 2022.
Kondisi yang sangat berseberangan akan kita lihat pada 10 negara lain yang ikut mencalonkan diri. Kalau boleh mengklaim, negara yang "paling dekat" dengan Indonesia terkait kesiapan menjadi tuan rumah Piala Dunia adalah Qatar dan Australia.
Qatar saat ini duduk di posisi 86 dunia (58 tingkat di atas Indonesia), mereka belum pernah menggelar dan menjadi kontestan di Piala Dunia. Sementara Australia, meski belum pernah jadi tuan rumah, mereka sudah dua kali lolos ke putaran final yakni tahun 1974 dan 2006.
Bagaimana dengan negara yang lain? Merekalah raksasa-raksasa yang sesungguhnya.
Belgia & Belanda kita tahu sempat sukses menjadi tuan rumah bersama Euro 2000. Meski sama-sama belum pernah jadi kampiun, keduanya sudah jadi langganan Piala Dunia.
Meski kini "memisahkan diri", Jepang dan Korea Selatan akan selalu dingat sebagai negara Asia pertama yang sukses menghelat hajatan sebesar Piala Dunia di 2002. Sementara dua negara di Benua Amerika, Meksiko dan Amerika Serikat sudah merasakan menjadi tuan rumah pada tahun 1972-1986 dan 1994. Inggris? Ini sih "nenek moyangnya" sepakbola.
Bersatunya Spanyol dan Portugal juga membuat mereka jadi salah satu kandidat kuat. Tahun 1982 Stadion Santiago Bernabeu menggelar laga putaran final antara Italia kontra Jerman Barat, sementara lima tahun lalu Portugal sukses dengan Piala Eropa 2004.
Jadi, seberapa siap Si Liliput bertarung dengan raksasa-raksasa dunia? Bagaimana menurut Anda?
( din / roz )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar